Kecerdikan Abunawas Menyelamatkan Pemuda Gelandangan dari Hakim Istana Yang Tamak - 1001 Abu Nuwas Stories

1001 Abu Nuwas Stories
Abu Nuwas Stories : Kisah dari negeri 1001 Malam

Prolog 1001 Abu Nuwas Stories kali ini menceritakan seputar Kecerdikan Abunawas Menyelamatkan Pemuda Gelandangan dari Hakim Istana Yang Tamak .
Pada zaman pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid di negeri Baghdad terdapat seorang pemuda kaya  yang jujur, pemuda tersebut sering dirundung kegalauan gara-gara mimpi yang terus menghampirinya, salah satu impiannya adalah dapat mempersunting anak gadis hakim istana yang cantik jelita. Dalam salah satu mimpinya sang pemuda kaya itu memberikan seluruh hartanya sebagai mahar. Singkat cerita, mimpi sang pemuda itu akhirnya sampai dan terdengar oleh Hakim,  demi mengetahui hal tersebut hakim segera mendatangi rumah sang pemuda kaya itu untuk mengkonfirmasi kebenarannya.

“Apakah Benar engkau telah bermimpi menikah dengan putriku?” tanya Hakim.

“Iya benar Bapak Hakim, bahkan dalam mimpi aku memberikan semua hartaku sebagai maharnya,” balas pemuda itu dengan jujur.

“Aku ke sini untuk mengambil mahar itu. Sekarang kau pergilah dari rumah ini.” seru Hakim.

Pemuda itu sangat sedih, dia bukan hanya telah gagal menikahi putri hakim istana melainkan harus jatuh miskin dan menjadi seorang gelandangan. Ia merasa tidak kuasa untuk melawan seorang hakim istana. Pemuda yang kini menjadi seorang gelandangan itu kemudian bertemu dengan perempuan tua yang miskin lalu menceritakan masalahnya.

“Sekarang aku menjadi gelandangan gara-gara mimpi itu,” ujar si Pemuda.

“Aku akan membantumu mengembalikan hartamu. Hakim istana sudah berbuat semena-mena. Ia harus diberi pelajaran,” ujar perempuan tua itu.

Perempuan tua itu lalu mengajak pemuda itu menemui Abu Nawas. Siapapun di negeri 1001 malam tentu sudah mengetahui kecerdikan Abunawas, karenanya ia ingin meminta bantuan dari Abu Nawas. 

Sesampainya pemuda itu di rumah Abu Nawas. Pemuda itu lalu menceritakan masalahnya. Abu Nawas berpikir sejenak. Eng-ing-eng ! akhirnya abunawas berhasil mendapatkan sebuah gagasan cemerlang.

“Besok pagi kalian ke sini lagi. Bawalah peralatan seperti linggis, batu, dan tongkat besi,” ucap Abu Nawas.

“Untuk apa semua peralatan itu?” tanya pemuda itu. Kau akan mengetahuinya besok pagi. Ajaklah semua temanmu juga,” pinta Abu Nawas.

Pemuda itu mengangguk setuju. Ia berjanji akan menuruti semua yang diperintahkan oleh Abu Nawas.

Keesokan hari, sesuai janjinya pemuda itu datang bersama dengan teman-temannya. Mereka membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.

“Apa yang harus kami lakukan dengan peralatan ini?” tanya pemuda itu.

Kalian semuanya pergilah ke rumah hakim istana. Hancurkan rumahnya sampai tak ada yang tersisa,” ucap Abu Nawas memberikan instruksinya.

“Tapi bagaimana jika hakim istana marah?” tanya pemuda itu. Katakan aku yang menyuruh kalian menghancurkan rumahnya,” balas Abu Nawas.

Mereka pun pergi ke rumah hakim istana. Tanpa banyak bicara, mereka langsung menghancurkan rumah hakim istana. Rumah hakim sudah hampir hancur, dan si Pemuda bersama teman-temannya terus saja menghancurkannya. Penduduk yang melihatnya tak dapat menghentikan semua itu. Hakim yang sedang tertidur pun bangun. Ia baru menyadari bahwa sebagian rumahnya sudah hancur.

“Hentikan, apa yang kalian lakukan dengan rumahku?” teriak Hakim istana, marah-marah.

“Kami sedang menghancurkan rumahmu. Apa kau tak melihatnya?” balas pemuda itu dengan santainya. “Kalian bisa saya hukum dan penjarakan ! Siapa yang telah menyuruh kalian melakukan semua ini?” tanya Hakim Istana.

Pemuda itu lalu memberi tahu si Hakim bahwa yang menyuruh mereka adalah Abu Nawas. Tentu saja Hakim jadi sangat kesal kepada Abu Nawas. Ia pun langsung ke istana untuk menemui Raja. “Aku akan melaporkannya kepada Raja supaya Abu Nawas mendapat hukuman,” ujar Hakim istana menyimpan kegeramannya.

Sesampainya di istana, si Hakim menyampaikan apa yang terjadi dengannya kepada Raja.

“Segera panggil Abu Nawas menghadap ke sini.” perintah Raja.

Beberapa prajurit pergi ke rumah Abu Nawas. Mereka menangkap Abu Nawas dan membawanya ke istana. Abu Nawas sudah memperhitungkan semuanya dan tahu bahwa hal itu pasti akan terjadi sehingga dengan tenang abunawas bisa mengendalikan situasi.

“Hey Abu Nawas! Apa benar kau yang menyuruh para pemuda itu untuk merusak rumah Hakim Istana?” tanya Raja meminta penjelasan.

“Benar Paduka. Semalam aku bermimpi bahwa Hakim Istana memintaku untuk menghancurkan rumahnya. Ia berkata hendak membangun rumah baru yang jauh lebih megah,” jawab Abu Nawas.

Raja heran mendengar jawaban Abu Nawas. Mimpi adalah bunga tidur, tidak seharusnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata?

“Kamu sungguh telah melakukan sebuah kesalahan besar, Abu Nawas,” ujar Raja.

“Bukankah Hakim istana yang membuat peraturan seperti itu?” ucap Abu Nawas. Ia lalu menyampaikan apa yang telah dilakukan Hakim istana kepada si Pemuda. Hakim Istana telah merampas semua harta si Pemuda, karena pemuda itu bermimpi memberikan mahar untuk menikah dengan anak hakim istana. Raja lalu memanggil pemuda itu dan menanyakan kebenarannya.

“Semua yang dikatakan Abu Nawas benar, Raja. Aku kehilangan semua hartaku karena itu. Kini, aku menjadi seorang gelandangan,” ucap si Pemuda.

Hakim istana terlihat pucat. Ia ketakutan dan kemudian mengakui perbuatannya. Raja pun memecat Hakim istana. Selama ini ia telah salah memilih seorang hakim. Harta pemuda itu akhirnya kembali. Abu Nawas sangat senang karena bisa menolong orang yang kesulitan.

Pesan moral dari Abu Nuwas Stories kali ini : Jangan suka menyalahgunakan kekuasaan untuk menyusahkan orang lain, jadikan kekuasaan sebagai alat untuk menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain, karena jabatan dan kekuasaan bersifat fana dan senantiasa dipergilirkan dari seseorang ke seseorang yang lain.

(Posting Abu Nuwas Stories by GoviralZone/CoffeeBreak) 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url