ATLAS WALISONGO, Ikhtiar Kyai Agus Sunyoto Dalam Mengurai Jejak Pergerakan Dakwah Walisongo Di Nusantara

atlas-walisongo-karya-kyai-agus-sunyoto
hardcover-buku-atlas-walisongo-karya-kyai-agus-sunyoto


ATLAS WALISONGO merupakan sebuah ikhtiar Kyai Agus Sunyoto Dalam Mengurai Jejak Pergerakan Dakwah Walisongo Di Nusantara, sebuah buku yang secara khusus mengkaji latar belakang budaya dan keyakinan masyarakat nusantara, catatan seputar pergerakan dakwah islam oleh walisongo yang ternyata bisa menghadirkan perbaikan moral dan perubahan sosial sehingga pada akhirnya bisa diterima secara luas di nusantara.

Penyebaran Agama Islam Merupakan Salah Satu Bagian Penting Dalam Sejarah Indonesia.

Seorang ahli dan peneliti sejarah bernama M.C. Ricklefs dalam sebuah disertasinya yang bertajuk "Sejarah Indonesia Modern 1200-2008" menguraikan secara mendalam bagaimana proses penyebaran Islam merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, namun ternyata bagaian yang paling penting tersebut justru termasuk yang paling tidak jelas. Ada banyak versi dan teori yang berkembang dan secara tidak langsung turut mengaburkan fakta - fakta penting mengenai jejak perjalanan islam di nusantara.

Islam Telah Masuk Ke Nusantara Sejak Tahun 674 Masehi.

Sumber kronik dan berita-berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang semakin memperkuat fakta bahwa Islam telah masuk ke nusantara sejak tahun 674 masehi. Ternyata sudah sejak periode awal Islam para pedagang dan saudagar dari jazirah arab melakukan kontak dan pelayaran samudera ke sejumlah wilayah di nusantara. Tercatat dalam kronik pada masa tersebut bahwa saudagar-saudagar dari negeri Tazhi (Arab) telah singgah di Kalingga pada tahun 674 Masehi, sebuah petunjuk mengenai awal mula masuknya Islam ke wilayah Nusantara.

Fakta Penyebaran Agama Islam Di Nusantara.

Fakta penyebaran agama Islam di Nusantara memang menarik untuk ditelusuri dan diurai, semangat untuk mengabarkan risalah agama Islam didasarkan pada sebuah hadits yang berbunyi, “Ballighû ‘anni walau âyatan,” (sampaikanlah kebenaran itu walaupun hanya satu ayat). Semangat itulah yang kemudian menjadi motivasi tersendiri bagi saudagar dan pelayar dari jazirah Arab pada periode awal Islam untuk menyebarkan Islam ke Nusantara.
Dalam Buku yang berjudul The Golden Khersonese "Studies in the historical geography of the Malay Peninsula before A.D. 1500" karangan Paul Wheatley diterangkan bahwa jalur perniagaan diantara  pedagang Arab dan Timur Tengah dengan Nusantara sudah terbangun sejak lama bahkan sebelum masuknya Islam. Namun faktanya hingga beberapa abad lamanya agama Islam tercatat masih belum banyak dianut oleh penduduk pribumi nusantara, kebanyakan pemeluknya adalah para pemukim asing yang berasal dari arab, persia, india dan cina.

Catatan Marcopolo dan Cheng Ho Mengenai Perkembangan Islam di Nusantara.

Tercatat pada penghujung dasawarsa abad ke-13 Marcopolo yang sedang melakukan sebuah misi penjelajahan dunia sempat menyinggahi Cina dan Persia, menerangkan dalam sebuah catatannya bahwa kapal yang  ia tumpangi sempat singgah di Negeri Perlak, ia mendapatkan sebuah fakta bahwa masyarakat Perlak pada waktu itu terbagi dalam tiga golongan masyarakat yaitu kaum muslim Arab - Persia, kaum muslim Cina, dan masyarakat pribumi yang masih memeluk keyakinan lama dan memuja roh-roh nenek moyang. 
Dalam catatan muhibah Laksamana Cheng Ho ke Nusantara yang ketujuh pada tahun 1433 diterangkan bahwa Islam pada waktu itu belum banyak dianut oleh kalangan masyarakat pribumi. 
Ma Huan mencatat bahwa masyarakat pribumi yang bermukim di sepanjang pesisir pantai utara Pulau Jawa terdiri atas tiga golongan yakni muslim Arab - Persia, muslim Cina dan masyarakat pribumi yang masih belum beragama, memuja roh-roh leluhur serta mengikuti pola hidup yang tidak sehat. 

Catatan Marcopolo dan Cheng Ho semakin menegaskan sebuah fakta bahwa sejak Islam masuk pertama kali di Nusantara pada tahun 674 M sampai dengan tahun 1433 M, yang berarti dalam kurun waktu sekitar delapan abad lamanya agama Islam belum banyak dianut oleh masyarakat pribumi di Nusantara.

Atlas-Walisongo-Kyai-Agus-Sunyoto-Pdf


Wali Songo, Tonggak Penting Dalam Sejarah Penyebaran Islam di Jawa dan Nusantara.

Wali Songo merupakan tonggak penting dalam sejarah penyebaran Islam di Tanah Jawa dan Nusantara, para wali yang pada mulanya berjumlah sembilan orang merupakan tokoh penting penyebar agama Islam pada sekitar akhir abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16. Kedatangan para peniaga dan saudagar muslim ke nusantara sejak tahun 674 M  faktanya tidak mampu menjadikan agama Islam dapat diterima secara massif oleh masyarakat pribumi.
Fakta ini berlangsung sampai dengan kehadiran para penyebar Islam di Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Songo, Sembilan tokoh penyebar agama Islam yang makam-makamnya tersebar di pulau Jawa dan sampai saat ini banyak diziarahi.

Historiograf Jawa, Champa dan Jaringan Dakwah Wali Songo

Dalam Historiograf Jawa tercatat pada awal dasawarsa 1440-an atas undangan Ratu Majapahit Darawati datanglah dua orang keponakannya dari negeri Champa, dua orang bersaudara itu adalah Ali Rahmatullah beserta kakaknya yang bernama Ali Murtadho (Murtolo) dan seorang sepupu mereka yang
bernama Abu Hurairah. Setibanya di Jawa dan Majapahit mereka menghadap ke Sri Prabu Kertawijaya Raja Majapahit (1447-1451 M). Atas titah Sang Raja maka Ali Rahmatullah diberikan gelar Raden Rahmat dan diangkat menjadi imam di Surabaya sementara kakaknya diberi gelar Raden Pandhita dan menjadi Imam di Gresik. Bermula dari dua orang juru dakwah dari negeri Champa maka agama Islam semakin luas menyebar dan berkembang lebih cepat di wilayah Majapahit terutama setelah Raden Rahmat mendirikan sebuah perguruan di Ampeldenta dimana para bangsawan dan kerabat kerajaan banyak yang menimba ilmu disana. Sementara itu kedua orang juru dakwah dari negeri Champa itu kemudian berdakwah secara sistematis dengan membentuk sebuah jaringan dakwah yang kemudian dikenal dengan nama "Wali Songo", jaringan dakwah walisongo diperkirakan terbentuk pada sekitar pertengahan tahun 1470 Masehi.

Wali Songo Sering Digambarkan Sebagai Suprahuman Yang Memiliki Karomah dan Kesaktian Luar Biasa.

Wali Songo dalam berbagai kisah Historiograf Jawa, Cirebon, dan Banten digambarkan sebagai tokoh-tokoh istimewa, sosok suprahuman yang memiliki karomah dan kesaktian luar biasa. Banyak kisah-kisah yang menceritakan bahwa berkat karomah dan kemampuan yang menakjubkan maka banyak masyarakat yang kemudian tertarik dan bersedia untuk mengenal dan memeluk agama Islam.
Faktanya memang demikian, Tome Pires seorang ahli pengobatan asal Portugal yang sempat mengunjungi tanah Jawa pada tahun 1515 M, mencatat dalam sebuah bukunya yang berjudul Suma Oriental serta memberikan kesaksian bahwa di sepanjang wilayah pantai utara pulau Jawa pada waktu itu sudah dipimpin oleh para adipati yang beragama Islam. Hal senada juga diungkapkan oleh A. Pigafetta dalam sebuah kesaksiannya pada saat mengunjungi Jawa pada tahun 1522 M.
Terbukti bahwa Jaringan Dakwah Wali Songo berjalan efektif dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat pribumi di tanah Jawa dan Nusantara.

Adanya Upaya Pengingkaran Atas Fakta Sejarah Keberadaan Wali Songo. 

Fakta sejarah tentang keberadaan Wali Songo seringkali diabaikan oleh kalangan yang mempercayai bahwa Islam masuk dan menyebar ke Nusantara bermula pada tahun 1803 M, kalangan tersebut beranggapan bahwa penyebaran dakwah ‘Islam’ baru berlangsung setelah tiga orang haji asal Sumatra Barat yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piabang membawa dan menyebarkan ajaran Wahabi. Pengingkaran keberadaan Wali Songo dalam sejarah perkembangan Islam berarti menolak kebenaran faktual tentang dakwah Islam yang telah dianut oleh sebagian besar masyarakat muslim di Nusantara hingga saat ini, juga secara tidak langsung mengingkari terjadinya perubahan sosio-kultural-religius menjelang berakhirnya kekuasaan Majapahit pada abad ke-15 yang kemudian melahirkan budaya dan peradaban baru yang selanjutnya identik sebagai budaya dan peradaban Islam Nusantara.

Tindakan Ahistoris Kaum Intelektual Yang Membahas Tentang Islam Indonesia Tanpa Menyertakan Wali Songo.

Merupakan sebuah tindakan ahistoris dan naif pada saat kumpulan kaum intelektual membahas tentang Islam Indonesia tanpa menyertakan Wali Songo, salah satu yang menjadi pertimbangan adalah adanya perbedaan paham dan aliran. Fakta ahistoris yang naif tersebut akan dapat kita jumpai pada saat kita membaca sebuah Ensiklopedia Islam terbitan Ikhtiar Baru Van Hoeve.
Dalam Eksiklopedia tersebut tidak terdapat satu kalimat pun yang menyebut keberadaan Wali Songo, para tokoh penyebar agama Islam yang se-zaman dengan Wali Songo, khazanah budaya dan peradaban Islam yang berkembang pada zaman Wali Songo seperti kesusastraan, seni suara dan musik, seni rupa, seni wayang dan pertunjukan, tata bangunan, arsitektur, hukum, tata negara, filsafat, tasawuf, ilmu falak, serta ilmu pengobatan yang lahir dan berkembang di era dakwah Wali Songo dan sesudahnya.

Fakta pengingkaran keberadaan Wali Songo seperti yang dilakukan oleh Eksiklopedia Islam terbitan Ikhtiar Baru Van Hoeve tersebut jelas-jelas sebuah tindakan ahistoris, sebuah tindakan dalam rangka mengaburkan dan membelokkan sejarah dari fakta yang sebenarnya.
Penghilangan Jejak Wali Songo dari daftar tokoh-tokoh penyebar Islam di Nusantara adalah sebuah upaya yang belangsung secara sistematis. Lewat penghapusan jejak dakwah Wali Songo dari konteks sejarah perkembangan dakwah Islam di Nusantara maka nantinya keberadaan Wali Songo akan menjadi diragukan secara akademis walhasil keberadaan Wali Songo akan semakin terpinggirkan sehingga yang tersisa hanyalah mitos, dongeng dan legenda semata.

Berangkat dari kesadaran tentang betapa pentingnya peran dan jasa Wali Songo dalam sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara yang sisa-sisa jejaknya masih sangat jelas terlihat serta dapat dirasakan hingga saat ini, dengan berpedoman pada sabda Rasulullah Saw., “Qulil-haqqa walau kâna murran!” yang bermakna ‘Sampaikan kebenaran sekalipun itu pahit,’ maka penulis dengan segala keterbatasan merasa terpanggil terjun ke lapangan untuk secara mendalam berusaha meneliti sejarah dakwah Wali Songo dengan maksud agar bisa menjadi penyeimbang bagi Ensiklopedia Islam terbitan Ikhtiar Baru Van Hoeve yang secara sistematis telah mengingkari dan menyingkirkan peran penting Wali Songo dan para tokoh penyebar agama Islam lainnya di Nusantara.

JAS MERAH - Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.

Akhirnya, marilah kita bersama-sama mengingat pesan dari Sang Proklamator Dr. Ir. H. Soekarno, “JAS MERAH – Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” dan bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa para pahlawannya,”. Melalui Buku ATLAS WALISONGO ini semoga kita bisa memahami betapa besarnya jasa dan peranan para Wali Songo dan tokoh-tokoh penyebar agama Islam dalam membina masyarakat dan membangun peradaban.

(Dikutip dan diadaptasi dari Pengantar "Atlas Walisongo" Karya Kyai Agus Sunyoto)

Buku berjudul "ATLAS WALISONGO" berhasil diterbitkan atas kerja sama Pustaka IMaN dan LESBUMI PBNU, Daftar Isi Buku sebagai berikut :  Bab 1. Data tentang bangsa Nusantara -- Bab 2. Para Wali dan dakwah Islam -- Bab 3. Kemuduran Majapahit dan perkembangan dakwah Islam -- Bab 4. Lumajang : Kerajaan Islam tertua di Jawa -- Bab 5. Dakwah Islam masa Wali Songo -- Bab 6. Tokoh-tokoh Wali Songo -- Bab 7. Wali Songo dan pembentukan masyarakat Islam Nusantara.

(Sebuah Referensi Pustaka Oleh maslumajang, Posting untuk  GoviralZone/Literasi)

Next Post Previous Post
2 Comments
  • Rahmatullah
    Rahmatullah 14 September, 2021 10:33

    Perjalanan dakwah memang butuh pengorbanan, luar biasa para ulama terdahulu yang begitu gigih dalam berjuang.

    • Goviral Zone
      Goviral Zone 19 September, 2021 09:48

      Benar Mas...sayang ada upaya ahistoris yang mencoba mengingkari jejak perjuangan para pelopor dakwah tsb.
      Semoga ada hikmahnya.

      Terimakasih dan Salam

Add Comment
comment url