Dari Perbendaharaan Lama, Referensi Sejarah Indonesia Karya Buya Hamka

referensi-buku-sejarah-dari-perbendaharaan-lama-karya-buya-hamka
referensi-buku-sejarah-dari-perbendaharaan-lama-karya-buya-hamka


Dari Perbendaharaan Lama merupakan Referensi Sejarah Indonesia Karya Buya Hamka yang disajikan dengan gaya bahasa yang menarik dan mudah dicerna.
Buya Hamka memulai tulisan Mukaddimah dalam Karyanya "Dari Perbendaharaan Lama" dengan ungkapan pembuka:

“Meskipun telah hidup di zaman baru dan penyelidik sejarah sudah lebih luas dari pada dahulu, masih banyak orang yang mencoba memutar balikkan sejarah. Satu di antara pemutarbalikkan itu ialah dakwah setengah orang yang lebih tebal rasa Hindunya daripada Islamnya, berkata bahwa keruntuhan Majapahit adalah karena serangan Islam. Padahal bukanlah begitu kejadiannya. Malahan sebaliknya.”

Buya Hamka menolak keras pandangan yang menyatakan, bahwa Majapahit runtuh karena diserang Islam. Itu adalah pemutarbalikan sejarah yang sengaja disebarkan oleh orientalis seperti Snouck Hourgronje. Upaya ini dilakukan untuk menjauhkan bangsa Indonesia agar tidak menjadikan Islam sebagai basis semangat kebangsaan. “Maksud ini berhasil,” papar Hamka. Akibatnya, dalam pentas sejarah nasional Indonesia yang diajarkan di sekolah-sekolah, nama Sunan Ampel dan Sunan Giri tenggelam oleh nama Gajah Mada. Nama Raden Patah dan Pati Unus yang mencoba mengusir penjajah Portugis dari Malaka tenggelam oleh nama Raja Airlangga. Upaya sistematis untuk memecah belah bangsa Indonesia yang mayoritasnya Muslim dilakukan dengan berbagai cara oleh penjajah Belanda. Salah satunya dengan menjauhkan Islam dari semangat kebangsaan Indonesia. Seolah-olah Indonesia adalah kelanjutan Kerajaan Majapahit. 

“Marilah kita jadikan saja segala kejadian itu, menjadi kekayaan sejarah kita, dan  jangan dicoba memutar balik keadaan, agar kokohkan kesatuan bangsa Indonesia, di bawah lambaian Merah Putih!
Kalau tuan membusungkan dada menyebut Gajah Mada, maka orang di Sriwijaya akan berkata bahwa yang mendirikan Candi Borobudur itu ialah seorang Raja Budha dari Sumatra yang pernah menduduki pulau Jawa. Kalau tuan membanggakan Majapahit, maka orang Melayu akan membuka Sitambo lamanya pula, menyatakan bahwa Hang Tuah pernah mengamuk dalam kraton sang Prabu Majapahit dan tidak ada kstaria Jawa yang berani menangkapnya.

Memang, di zaman jahiliyah kita bermusuhan, kita berdendam, kita tidak bersatu! Islam kemudiannya adalah sebagai penanam pertama jiwa persatuan. Dan Kompeni Belanda kembali memakai alat perpecahannya, untuk menguatkan kekuasaannya.

(Tamam Talk, Dari Perbendaharaan Lama)


link-download-literasi-goviralzone
Klik untuk Unduh : Ebook (Dari Perbendaharaan Lama.pdf)


Sebuah uraian sejarah yang coba diungkap oleh Buya Hamka, melalui sudut pandang yang jauh berbeda dari sejarah yang terdapat pada buku pelajaran kita di sekolah. Beliau fokus pada perkembangan sejarah Islam di Nusantara yang tidak dapat dilepaskan dari berdirinya Negara Republik Indonesia. Melaui kisah Kerajaan-Kerajaan Islam, Buya menguraikan bahwasanya Islam masuk ke Nusantara bukanlah pada abad ke 12 seperti yang umum kita baca, namun jauh lebih awal yakni pada abad pertama lahirnya Islam itu sendiri, sekitar abad ke 7 M.

Lebih jauh lagi Buya mencoba menguraikan kejayaan Bangsa di Nusantara saat masa kerajaan Islam, memiliki wilayah kekuasaan yang jauh berbeda dengan batas negara di Asia tenggara yang kita ketahi saat ini. Sehingga kita mampu memahami bahwa Indonesia dengan Negara Lain di Asia tenggara memiliki hubungan persaudaraan yang erat dan sudah seharusnya memiliki kerjamasa yang positif sebagai bangsa serumpun.

Disisi lain kita diajak untuk bepikiran luas sebagai sebuah bangsa, tidak terlauh jauh menonjolkan satu identitas suku, atau wilayah. Namun kita satu bangsa besar yang punya kelebihan pada berbagai wilayah yang harus dihargai bersama. Mulai dari kerajaan Islam di wilayah Barat, Pasai, Malaka, Siak, Aceh, Bantam, Mataram, Demak, hingga ke timur seperti Ternate, Tidore, Makasar juga perjuangan berbagai Daerah dan etnisnya : Minangkabau, Bugis, Jawa, Melayu, Madura, Aceh dan lainnya. Disini kita memahamai akan kayanya nusantara dengan pahlawan yang meperjuangkan bangsanya.

Benarlah kata orang bahwa sejarah adalah milik para pemenang dan sejarah diciptakan untuk kepentingan yang berkuasa. walau Buya Hamka sendiri belum dikatakan sebagai seorang ahli sejarah, namun beliau telah mencoba ikut membuka rahasia sejarah Bangsa di Nusantara melalui sudut pandang anak bangsa sendiri untuk kepentingan bangsa-bangsa di Nusantara.
(Roffi Ardinata, Goodreads)


Sebuah buku yang meninjau sejarah bangsa dengan melihat cerita epic dan kepahlawanan dari putera terbaik bangsa, yang menunjukan bahwa inilah sejarah bangsa yang besar yang sengaja hendak di kecilkan oleh sekelompok golongan.

Bangsa ini besar dengan peran pahlawan-pahlawan besar yang kerap tidak dijumpai di buku-buku sejarah. tetapi jasa mereka tetap dikenang oleh sebagian orang hingga tersebarlah dari mulut ke mulut. Ini bukan sekedar apologi belaka.
Ini pula yang ingin Buya Hamka jelaskan di buku ini, bahwa nampak pada hari ini, kita lihat kenyataan bahwa zaman sekarang merupakan refleksi dari zaman lampau. sehingga mempelajaari sejarah berarti mempelajari asal usul mengapa hari ini seperti ini. apatah ada lagi yang menyampaikan bahwa “Sejarah itu berulang, hanya tokoh, tempat dan waktu saja yang membedakannya” semakin menguatkan rasa optimisme bahwa kelak kejayaan dan peradaban akan berada di tangan kita.

Sejarah pun akan kembali kepada asal usulnya. walaupun ditutup-tutupi dan tidak di publis, pada saatnya sejarah akan mencari kebenarannya sendiri. dan dengan sendirinya klaim yang mengatakan “Sejarah adalah milik para pemenang” akan terdegrradasi. karena yang menang, bukanlah pemilik mutlaq sejarah. yang menang hanya karena keberuntungan momentum yang sedang berada di pihaknya. bahwa sejarah pun mungkin dipunyai oleh mereka yang di klaim sebagai pihak yang kalah.
Membaca “Dari perbendaharaan lama”, terasa sangat berbeda ketika saya (harus) mendengarkan guru sejarah SMP atau SMA. ini lebih menarik karena dilandasi oleh semangat mengungkap fakta sejarah. benar-benar menggetarkan hati dan fikiran.
(Sandra Sopian, Goodreads)


Sejarah Indonesia yang tidak tertulis dalam buku pelajaran ada di sini.

(Henny Alifah, Goodreads)


(Review By GoviralZone/Literasi)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url