Mata Air Lereng Semeru - Pilar Penyangga Pulau Jawa

Dari sedemikian banyaknya gunung-gunung yang berjajar di sepanjang daratan pulau jawa gunung semeru tidak hanya yang tertinggi melainkan juga yang teristimewa.

Teman teman pendaki pada umumnya mengatakan mereka hanya latihan saja pada saat mendaki gunung gede, salak, pangrangau dsb karena pendakian yang sebenarnya adalah pada saatnya nanti tatkala mereka mendaki semeru dan berjuang menaklukkan puncaknya yang fenomenal.

Gunung-gunung selain semeru tak ubahnya anak semeru yang menjadi anak anak tangga untuk mendaki dan menjejakkan kaki diatas puncak mahameru yang menjulang tinggi lagi perkasa.

Teringat syair nidji sebagai salah satu soundtrack film 5cm.

"Kita penakluk dunia, diatas awan kita kan menang menang menang"

Kisah semeru dan anak-anak semeru tidak bisa terlepas dari sebuah legenda Jawa Dwipa. Tanah Jawa yang terletak diantara dua samudera dan dua benua memang dikenal juga sebagai jawa dwipa. Dalam legenda yang bersumber dari kitab tantu pagelaran tersebut digambarkan jawa dwipa pada abad 15 sebagai daratan yang mengambang sehingga sangat labil dan sering diterpa ganasnya goncangan gelombang samudera, keprihatinan akan nasib jawa dwipa yang diproyeksikan sebagai negeri masa depan menjadikan para dewa bermufakat untuk menenangkannya dengan memindahkan gunung meru di jambhudwipa india untuk dipakukan diatas jawa dwipa. Dalam proses pemindahan itu beberapa bagian berjatuhan di sebelah timur membentuk beberapa gunung seperti lawu, kelud, wilis, kawi, arjuna, welirang dan penanggungan sementara bagian utama membentuk gunung sumeru atau yang selama ini kita kenal sebagai semeru.

Kita tinggalkan sejenak semeru dengan statusnya sebagai pilar penyangga Pulau Jawa, geografis semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang menjadi daya tarik tersendiri mengingat sebagian orang dan banyak pendaki yang masih beranggapan mahameru berada di wilayah Malang bukan di Lumajang.

Di atlas memang lebih mudah menemukan Malang di bandingkan Lumajang yang hanya kota kecil ditambah fakta bahwa Lumajang dulunya memang termasuk dalam eks wilayah karesidenan malang dan berplat nomor kendaraan sama N. Jalur menuju semeru juga terbiasa di akses melalui Tumpang - Malang menuju pos pendakian di Ranupane - Lumajang itupun terbatas hanya jeep jeep dan truk pengangkut sayur yang rodanya dililiti rantai yang bisa menembus hamparan samudera pasir, sementara akses dari lumajang yang seharusnya lebih dekat tergolong berat lantaran harus melewati jalanan liat berlumpur dan licin di sepanjàng hutan yang bercurah hujan tinggi.

Baru belakangan ini saja tatkala prasarana terbangun dan ketersediaan transportasi menjadi lebih mudah maka berangsur-angsur orang mulai mengakses pintu masuk semeru dari ranupane. Perlahan terbuka pengetahuan  bahwa ternyata kawasan desa wisata ranupane secara teritori termasuk wilayah Kabupaten Lumajang. 

Dulu pada medio tahun 90-an ranupane masih jamak dianggap sebagai wilayah malang sehingga pada saat kami mengadakan bakti sosial bersama rombongan teman-teman remus Al Azhar SMADA Lumajang, salah satu agendanya saat itu adalah menyiapkan papan dan membuat beberapa nameboard penunjuk arah dan wilayah. Faktanya memang demikian, Ranupane dan Gunung Semeru membutuhkan waktu cukup lama serta proses yang panjang untuk mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari Wilayah Lumajang.