Keunikan Tradisi Bibibi atau Petok Lekoran yang dianggap sebagai Lebaran anak-anak bagi kalangan masyarakat Pendalungan
![]() |
Tradisi Unik Bibibi Di Kota Probolinggo |
Dalam khazanah masyarakat pendalungan yang bertempat tinggal di kawasan tapal kuda dan sekitarnya terdapat sebuah tradisi unik yang masih berlangsung hingga saat ini. Meski sudah tergerus zaman dan ada kecenderungan untuk ditinggalkan namun di beberapa tempat tradisi ini masih kuat dipertahanan dan menjadi sebuah catatan menarik untuk dikaji potret dan eksistensinya.
Tradisi yang dimaksud adalah tradisi Bibibi, sebuah warna tradisi yang unik dan menarik yang hanya terjadi pada bulan suci Ramadhan. Bibibi atau dikenal juga sebagai "Petok Lekoran" dalam bahasa Madura merupakan tradisi bersedekah yang digelar pada tanggal 27 Ramadhan, malam yang diyakini sebagai Lailatul Qadar. Nama "Bibibi" sendiri berasal dari kata "bi" (dua) dan "pitu" (tujuh), merujuk pada hari ke-27 dalam penanggalan Jawa atau Hijriyah. Di Kota Probolinggo tradisi ini melibatkan anak-anak yang berkeliling kampung dengan riang gembira meneriakkan kata-kata "Bibibi" sambil membawa kantong plastik untuk mengumpulkan sedekah berupa makanan, minuman atau uang dari warga masyarakat yang secara ikhlas memberi dan berbagi sesuai kadar kemampuannya. Sementara itu di sebagian wilayah Tapal Kuda lainnya tradisi ini diwujudkan dengan saling bertukar makanan antar tetangga dan rumah tangga.
Tradisi unik ini merupakan momen yang dinantikan dan senantiasa menghadirkan kegembiraan tersendiri bagi anak-anak sehingga tradisi bibibi dianggap juga sebagai lebarannya anak-anak. Bibibi adalah wujud tarbiyah (pendidikan) di bulan Ramadhan karena Tradisi ini mengajarkan umat Islam untuk meningkatkan ibadah termasuk bersedekah sekaligus menyambut malam Lailatul Qadar dengan suka cita sementara anak-anak dilatih untuk bersosialisasi, berani berinteraksi dan memahami pentingnya kepedulian, semangat saling berbagi serta berbuat baik terhadap sesama.
Tradisi Bibibi mencerminkan karakter masyarakat Pendalungan yang hangat, religius dan penuh kebersamaan. Di tengah modernisasi, tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan leluhur. Keunikannya terletak pada semangat berbagi, kegembiraan anak-anak, serta variasi pelaksanaan di beberapa daerah yang mencerminkan kekayaan budaya Pendalungan.
Dengan segala sisi positifnya tradisi bibibi sangat layak untuk dipertahankan sebagai warisan budaya yang bisa mengedukasi generasi muda bahwa ajaran agama tidak sekedar bisa mencerahkan melainkan bisa dijalani dengan penuh sukacita dan semangat kegembiraan. Wallahua'lam. (Sebuah catatan @maslumajang untuk Goviralzone)