King's Gambit, Sebuah Jebakan Gambit Raja Yang Istimewa
![]() |
kings-gambit-sebuah-jebakan-gambit-raja-yang-istimewa |
"Bang, saya beli air mineral yang ini." Kataku sambil mengambil air minum dalam kemasan sedang 600 mL.
"Oh ya, kalau butuh makanan atau yang lain, silahkan bilang saja" Balas pemilik warung itu terdengar sangat ramah.
Kuperhatikan sekeliling warung, tampak sebagian orang yang sibuk menikmati makanannya, sementara di meja yang lain ada dua orang dengan roman muka yang cukup serius tengah terlibat pertempuran sengit, apalagi kalau bukan pertempuran diatas papan catur.
Terlihat diatas papan catur hanya tersisa raja dengan beberapa bidak saja, sebuah pertanda partai tersebut sudah memasuki babak babak akhir.
Dan, seperti prediksiku, pemain putih akhirnya memilih menyerah karena sudah tidak berdaya lagi menahan bidak bebas hitam untuk menempati petak promosi. Partaipun selesai, abang pemenang partai itu tiba-tiba tersenyum dan berjalan ke arahku.
"Masnya dari Jawa ya, kenalkan nama saya alfian hasibuan, cukup panggil saya fian saja" Sapanya hangat sambil mengulurkan tangan menyalamiku.
"Saya amang, terimakasih dan salam kenal juga Bang."
"Mulai saat ini, kita bersahabat, kebetulan mamakku juga sama dari jawa." Kulihat ketulusan dari senyum dan sorot matanya.
"Untuk merayakan pertemuan ini dan awal dari persabatan kita, bagaimana jika kita mainkan satu partai catur dan amang silahkan mau minum apa disini, biar bang fian nanti yang traktir"
"Ada kopi suramadu, es cao karapan sapi dan wedang jahe sariwangi, namanya memang rada antik namun menurut abang rasanya pas dan cocok di lidah. Karena cuaca panas abang pesankan es cao saja ya?" Bang fian meminta persetujuanku dan bergegas memesannya.
"Maaf bang, saya sudah lama tidak bermain catur" Kataku berusaha menolak ajakan secara halus.
"Lama tidak bermain bukan berarti tidak bisa kan?!?" Sanggah bang fian sambil menata semua bidak diatas papan.
"Ayo, silahkan putih melangkah duluan" Bang fian memberi instruksi sambil tangannya mempersilahkan aku untuk duduk dihadapannya.
"Abang tahu amang sedang menunggu kendaraan umum, sekilas abang sempat mendengar pembicaraan tadi, tenang saja, abang ini seorang sopir taksi, mau pergi kemana nanti biar bang fian yang antar" Katanya sungguh-sungguh berusaha menenangkanku.
Akhirnya jadi juga aku memainkan partai catur pertamaku di pulau batam setelah sekian lama tidak pernah menyentuh buah catur. Sebelumnya aku juga terbilang jarang bermain catur, kadang kadang saja sekedar untuk refreshing dan berpartisipasi memeriahkan moment tertentu seperti saat ada hajatan atau malam agustusan.
Ada sebuah warung kopi pak sumarsono di kampungku yang terkenal karena menjadi tempat nongkrongnya para pecatur, disana ada banyak meja dan sengaja disediakan beberapa buah papan catur, sejak pagi dari awal warung buka pemainnya sudah antri menunggu untuk dapat giliran main, aku disana lebih banyak hanya menjadi penonton saja, sambil menyeruput kopi hitam dan menikmati kue onde-ondenya yang terkenal murah dan istimewa.
"Aku membuka langkah dengan mendorong bidak raja, sebuah langkah yang sudah umum dalam pembukaan catur"
"Bang fian membalas dengan memajukan bidak raja hitam, sehingga dua buah bidak kini sedang berada di pusat permainan"
"Kemudian kumajukan satu bidak lagi di sayap raja, sebuah bidak pancingan yang pemberani, langkah pengorbanan yang tidak biasa tapi kadang dibutuhkan agar permainan selanjutnya berjalan lebih segar dan terbuka"
"Alamak, ini yang dinamakan pion beracun, dimakan atau tidak dimakan sama rumitnya, ngeri-ngeri sedap seperti buah simalakama" Kata bang fian dengan tatapannya yang tajam kearah bidak bidak itu seraya kedua tangan menyangga dagunya secara bergantian.
Bang fian memilih menerima pengorbanan pion tersebut sehingga langkah berikutnya berlangsung dengan tajam dan terbuka, perwira putih sudah berada di jalur penyerangannya namun berkali kali tekanan perwira putih dapat ditahan dengan solidnya pertahanan yang dibangun.
Kombinasi serangan berlangsung secara bergelombang yang disertai beberapa pertukaran, perlahan perwira putih mulai mampu mendesak dan melemahkan pertahanan hitam, sehingga rajapun terpaksa keluar dari zona amannya untuk mengamankan diri.
Aku masih memikirkan langkah untuk mengepung raja dan melancarkan "skak mat" namun secara mengejutkan bang fian memilih menyerah.
"Mantap kali, permainanmu luarbiasa, baru kali ini abang benar-benar tertekan dan tidak berkutik, abang tidak salah memilih teman bermain kali ini" Katanya sambil menunjuk rajanya yang nyaris berada di tengah papan.
"Apakah permainan kita yang tadi itu yang dinamakan pembukaan gambit raja ??" Tanya bang fian berusaha memastikan.
"Iya benar bang, gambit raja diterima, jika tadi pionnya tidak dimakan dinamakan gambit raja ditolak." Jawabku singkat.
"Permainan yang menarik memang seringkali diawali dengan sebuah pengorbanan, ngeri-ngeri sedap mirip permainan legenda catur dunia bernama Mikhail Tal. Dalam kehidupan nyata juga demikian, memutuskan untuk pergi merantau adalah sebuah langkah pengorbanan, dan langkah itu kita pilih karena yakin akan berbuah manis pada saatnya."
"Seperti pion yang selalu bergerak maju pantang mundur, langkah demi langkah sampai berhasil mendapatkan promosi" Ucap bang fian menerangkan sisi menarik yang bisa dipetik dari sebuah permainan.
Dua gelas es cao sudah berada diatas meja, seperti kata bang fian, rasanya benar benar pas diminum di siang hari. Kamipun kemudian larut dalam sebuah dialog yang ringan dan akrab.
"Jebakan Gambit Raja" adalah bagian dari Tulisan yang berjudul "Meniti Gelombang Rindu di Pulau Bermuka Seribu, Badrut Tamam, 2020"
NOTED.
Gambit : sebuah langkah pengorbanan dalam permainan catur.
Bidak Raja : Bidak dalam hal ini Pion yang posisinya tepat berada didepan raja
Skak Mat : Kondisi dimana raja sudah tidak bisa bergerak lagi.