Pak Sakera Pejuang Rakyat Yang Gagah Berani Menentang Ketidakadilan
![]() |
Ilustrasi Tokoh Pejuang Pak Sakera |
Di tengah gemerlap sejarah perjuangan melawan penjajahan Belanda, nama Pak Sakera muncul sebagai simbol keberanian dan perlawanan rakyat kecil. Berasal dari Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Pak Sakera—atau yang memiliki nama asli Sadiman—adalah seorang pejuang legendaris yang dikenal sebagai pembela hak-hak buruh perkebunan tebu pada awal abad ke-19. Kisah hidupnya yang penuh drama dan semangat juang telah menginspirasi banyak orang, bahkan diangkat dalam berbagai pentas seni tradisional seperti ludruk dan film layar lebar berjudul Pak Sakerah (1982). Artikel ini akan mengupas tuntas sosok Pak Sakera, perjuangannya, dan warisan budaya yang ditinggalkannya.
Asal Usul Pak Sakera
Pak Sakera, yang lahir dengan nama Sadiman atau Sagiman, berasal dari Kelurahan Raci, Kecamatan Bangil, Pasuruan. Ia merupakan keturunan ningrat dari kelas "Mas," sebuah golongan terhormat di masyarakat setempat. Sejak kecil, Sadiman dikenal sebagai pribadi yang shaleh dan pekerja keras. Ia menempuh pendidikan agama di pesantren Batu Ampar, Madura, yang menunjukkan latar belakang keislamannya yang kuat. Namun, ketika dewasa, kondisi ekonomi keluarganya menurun, sehingga ia bekerja sebagai buruh tebang tebu di Pabrik Gula Kancil Mas, Bangil.
Di sinilah Sadiman mulai dikenal sebagai "Sakera," sebuah nama yang berasal dari bahasa Kawi yang berarti "ringan tangan" atau pandai bertarung. Ia kemudian menjadi mandor di perkebunan tebu tersebut. Berbeda dari mandor pada umumnya, Sakera dikenal sebagai pemimpin yang adil dan peduli terhadap nasib para buruh, yang mayoritas adalah masyarakat Madura yang bermigrasi ke Pasuruan akibat agresi Cakraningrat.
Perjuangan Pak Sakera Melawan Penjajahan Belanda
Pada awal abad ke-19, perkebunan tebu dan pabrik gula di Bangil dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merajalela, dengan para buruh sering diperas dan diperlakukan tidak adil. Sakera, yang menyaksikan langsung ketidakadilan ini, memutuskan untuk melawan.
Konflik bermula ketika Belanda membutuhkan lahan baru untuk menanam tebu setelah musim giling selesai. Mereka memerintahkan Carik Rembang, seorang pejabat lokal, untuk mengamankan lahan dengan cara-cara licik, termasuk memaksa warga menjual tanah mereka dengan harga murah. Sakera tidak tinggal diam. Ia membela rakyat kecil dengan menghentikan upaya Carik Rembang, yang kemudian melaporkan tindakan Sakera kepada pihak perusahaan.
Pemimpin perusahaan Belanda, yang geram dengan perlawanan Sakera, mengutus Markus, seorang jagoan perusahaan, untuk membunuhnya. Dalam sebuah konfrontasi di perkebunan tebu, Markus menantang Sakera dan memperlakukan buruh dengan kasar. Sakera, yang dikenal sebagai ahli bela diri, tidak tinggal diam. Dengan celurit—senjata khasnya—ia berhasil membunuh Markus dan pengawalnya. Sejak saat itu, Sakera menjadi buronan polisi Hindia Belanda.
Pengkhianatan dan Akhir Hidup Pak Sakera
Perjuangan Sakera tidak berhenti di situ. Ia terus melawan penindasan Belanda, bahkan berhasil membunuh Carik Rembang dan beberapa petinggi perkebunan yang memeras rakyat. Dalam sebuah pertarungan sengit, Sakera juga menebas tangan kepala polisi Bangil yang berusaha menangkapnya. Namun, keberanian dan kesaktiannya membuat Belanda kewalahan. Mereka akhirnya menggunakan cara licik untuk menangkapnya.
Belanda mendekati Aziz, seorang teman seperguruan Sakera, dan menyuapnya dengan iming-iming kekayaan. Aziz mengetahui kelemahan Sakera, yaitu ketertarikannya pada acara tayuban (tarian tradisional). Aziz mengadakan acara tayuban untuk memancing Sakera, dan di sanalah ilmu kesaktian Sakera dilumpuhkan menggunakan "Jamur Kuning" atau bambu apus. Sakera akhirnya ditangkap, diadili, dan dijatuhi hukuman gantung oleh pemerintah Belanda di Penjara Bangil. Ia dimakamkan di Dusun Bekacak, Kelurahan Kolursari, daerah paling selatan Kota Bangil, Pasuruan.
Warisan Budaya dan Simbol Keberagaman
Meskipun perjuangan Sakera tidak terdokumentasikan secara luas dan belum masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia, namanya tetap abadi di hati masyarakat Jawa Timur, khususnya di Pasuruan dan Madura. Makamnya di Bekacak hingga kini sering diziarahi, dan di kelurahan tersebut juga dibangun patung serta gerbang Sakera sebagai penghormatan.
Sakera juga menjadi simbol keberagaman budaya di Jawa Timur. Ia dikenal sebagai pahlawan yang memperjuangkan hak-hak buruh Madura di tengah masyarakat Jawa, yang kemudian melahirkan budaya Pendalungan—perpaduan budaya Jawa dan Madura yang khas di wilayah Tapal Kuda. Dalam seni tradisional, kisah Sakera sering diangkat dalam pentas ludruk, dan pada 1982, kisahnya diabadikan dalam film Pak Sakerah yang diperankan oleh W.D. Mochtar.
Selain itu, pada 2002, keturunan masyarakat Madura di Malang dan Batu menciptakan tarian tradisional kreasi baru bernama Sakeraan dan Sanduk, yang mengadopsi gerakan Warok Ponorogo sebagai penghormatan kepada perjuangan Sakera. Nama Sakera juga diabadikan sebagai julukan tim sepak bola Persekabpas, yaitu Laskar Sakera, dengan pendukungnya yang disebut Sakeramania.
Pelajaran dari Perjuangan Pak Sakera
Kisah Pak Sakera memberikan banyak pelajaran berharga. Ia adalah contoh nyata seorang pejuang yang rela mengorbankan harta, keluarga, bahkan nyawanya demi membela rakyat kecil. Keberaniannya melawan penjajahan Belanda, meskipun hanya dengan senjata sederhana seperti celurit, menunjukkan semangat pantang menyerah yang patut diteladani. Selain itu, Sakera juga mengajarkan pentingnya keadilan sosial dan solidaritas antar-etnis, sebagaimana ia memperjuangkan hak-hak buruh Madura di tengah masyarakat Jawa.
Penutup
Pak Sakera adalah pahlawan rakyat dari Bangil yang kisahnya patut dikenang dan diwariskan kepada generasi muda. Meskipun namanya belum setenar pahlawan nasional lainnya, semangat juangnya melawan penindasan kolonial Belanda tetap relevan hingga kini. Dengan mengenal sosok Pak Sakera, kita diajak untuk menghargai perjuangan para pahlawan lokal yang telah berkontribusi besar bagi keadilan dan kebebasan. Mari kita lestarikan warisan budaya dan semangat juang Pak Sakera sebagai inspirasi untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan harmonis.
(Resensi Film "Pak Sakerah, 1982" Oleh Badut Tamam Gaffas untuk Goviralzone )
Kata Kunci: Pak Sakera, pahlawan Bangil, pejuang rakyat, perjuangan melawan Belanda, budaya Pendalungan, Jawa Timur, sejarah Pasuruan.